Travel and Lifestyle by Diana Putri Maharani

, , , ,

The Wedding Day

 



"We can't believe this day has finally come. We went on the roller coaster ride and we finished it side by side. We had a fun ride. Glad we survive. Ready for round two - 1+1 by Isyana Sarasvati feat Rayhan Maditra"

Surprise banget ya? Buat aku aja ini masih hal yang surprise bahkan sampai aku bikin artikel ini pun aku masih gak percaya kalo akhirnya aku jadi seorang istri. Aku dapet banyak pertanyaan yang bahkan aku sendiri pun gak tau jawabannya. Seperti misalnya 'gimana caranya bisa yakin untuk menikah?' atau 'gimana bisa yakin kalo suamimu adalah jodohmu?'. Kalo menurutku, gak ada teori yang pasti dan gak akan ada jawaban yang pas untuk semua pertanyaan itu. Menemukan seseorang yang akan menemani perjalanan kita sampai akhir tidak akan semudah ucapan para pujangga. Percayalah, masing-masing dari kita akan punya perspektif dan petualangan masing-masing untuk hal ini. Intinya, love is unpredictable and that's what makes it so great.

Bukan secara sengaja kami menemukan tempat yang pas untuk acara akad nikah. Lokasinya ada di Graha Cirro Stratus, Telaga Sarangan. Mungkin kalo Graha Cirro Stratus gak punya halaman dengan view yang bagus, aku gak akan pernah melirik hotel itu. Ya sebenernya lokasinya adalah di salah satu hotel di Telaga Sarangan. Kebetulan, hotel ini memiliki halaman yang kebetulannya lagi pas banget bisa nangkap pemandangan Telaga Sarangan dan Gunung Lawu dalam satu frame. 


Saat ceritanya aku sedang frustasi. Saking frustasinya aku karena belum menemukan lokasi yang pas buat akad, akhirnya aku cuma pasrah. Aku emang punya bayangan sendiri untuk venue dan memang aku sengaja memilih outdoor. Bukan karena pengen gaya-gayaan walaupun memang biar sedikit gaya hahahaha, tapi ada beberapa alasan dan pertimbangan kenapa akhirnya kami lebih memilih outdoor. Saat itu masih dalam masa PPKM, bahkan di Madiun pun PPKM Level 4 yang sudah pasti untuk jumlah tamu acara pernikahan akan dibatasi. Aku dan suami cuma kurang nyaman kalo mengadakan acara pernikahan di dalam gedung. Selain membosankan, udara di gedung tidak cukup bagus untuk situasi di kala itu. Lagipula, kalo kami harus menyewa gedung, dekorasi yang dibutuhkan akan lebih banyak. Kalo dekorasinya cuma setengah-setengah, pasti akan membuat gedung terasa hampa. Maka dari itu, kami memilih mengadakan acara di outdoor.

Tapi bukan hal yang mudah juga untuk memilih tempat outdoor. Madiun bukan kota yang memiliki banyak taman yang memiliki pemandangan indah seperti di Bali. Setelah meneliti beberapa lokasi outdoor di Madiun, gak ada satu pun yang benar-benar click buat aku sampai satu ketika aku sedang duduk bosan sambil scrolling Instagram dan aku menemukan Graha Cirro Stratus. Seketika aku langsung terpana. Saat itu juga aku langsung menghubungi pihak WO untuk menanyakan harga di sana dan apakah sudah ada yang memesan di tanggal pernikahanku. Ternyata, alam semesta menuntun kami untuk merayakan hari istimewa kami di sana, di Graha Cirro Stratus, Sarangan, Kab. Magetan, Jawa Timur.


Selesai memilih venue bukanlah akhir dari segala masalah persiapan pernikahan. Dengan memilih lokasi pernikahan di luar domisili, kami harus mengurus segala surat-surat yang dibutuhkan KUA ke Sarangan. Istilahnya menumpang nikah di Sarangan. Ternyata mengurus surat-surat tidak semudah yang dibayangkan ya hahahaha. Tapi kadang justru disanalah adrenalinnya. Kalo kata tetangga kos ku "Ngurus surat nikah itu harus diurus berdua soalnya ribet. Biar sama-sama tau rasanya. Biar sama-sama mikir lagi kalo pengen nikah lagi, soalnya ngurus suratnya ribet." Klasik, tapi setelah kupikir-pikir ada benernya hahahahahaha. Kalo mikirin proses ngurus surat-surat nikah kemaren, rasanya udah gak pengen ngulangin lagi hahahaha. Jadi mikir-mikir deh kalo pengen nikah lagi, ribet wkwkwkwk.

Selesai satu, ternyata ada lagi yang lain. Masalah dekorasi itu memang cocok-cocokan. Kadang apa yang kita mau dinilai kurang menarik bagi orang dekor. Kebetulan kami memang pengen dekor yang minimalis dan tanpa kursi pelaminan. Alasannya sederhana, kami gak mau dipajang hahahahaha. Alasan sebenarnya sih karena tamu undangan nanti adalah tamu-tamu pilihan entah itu dari keluarga atau kerabat dekat yang sudah pasti posisi mereka sekarang gak di Madiun. Justru karena mereka sudah menyempatkan datang dari jauh, kami ingin acara pernikahan ini menjadi intimate. Kami sebagai pengantin pengen rasanya ngobrol bersama tamu, pengen seru-seruan bareng, pokoknya kayak reuni lah. Bukan kayak acara nikahan resmi yang dipajang di depan hahaha. Tapi orang dekor keukeuh banget pengen dikasih kursi pelaminan entah kenapa hahaha. Katanya biar bagus. Aku gak dapet sih bayangan bagusnya dimana wkwkwkwk. Ya mungkin imajinasiku dan imajinasi orang dekor beda ya. Cuma karena memang bukan keinginan kami untuk memakai kursi pelaminan, akhirnya orang dekor nurut gak pake pelaminan hihihihihi. Ya kalo gak nurut kan kagak dibayar yak hahaha.



Tidak ada tema yang pasti untuk acara pernikahan kami. Intinya hanya intimate wedding. Untuk susunan acaranya sendiri pun gak yang muluk-muluk. Hanya akad yang diikuti ramah tamah dengan para tamu yang juga diselingi oleh mini game untuk para tamu. Intinya kami menikmatinya khususnya aku. Aku bisa bebas menyapa teman-teman, bebas mengabadikan moment bersama mereka tanpa harus khawatir ada antrian yang menunggu hahahaha. Terutama untuk teman-teman yang datang dari jauh. Mereka datang dari Bali, Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja dan mereka menyempatkan waktu untuk pulang, untuk menghadiri acara pernikahanku yang sederhana di hari kerja. Iya, di hari kerja. Aku menikah di Hari Rabu. Kata orang itu bukan hari yang pas untuk mengadakan pernikahan karena bukan di hari libur. Aku gak berhenti bersyukur dan terharu karena mereka mau menyempatkan waktunya untukku. Terima kasih kuucapkan sedalam-dalamnya.

Hal menyenangkan lainnya yang diluar ekspektasiku adalah gaun. Aku membeli gaun itu di online shop seharga 500ribu hahahaha. Banyak yang gak percaya kalo aku hanya menghabiskan 500ribu untuk gaun itu. Aku sangat menyukainya. Selain desainnya yang sangat klasik, timeless, gaun itu membuatku bebas begerak. Aku bisa menari, aku bisa lompat-lompat, bahkan kalo bukan karena aku memakai heels, aku bisa berlari menggunakan gaun itu. Aku senang karena kebebasanku tidak terenggut hanya karena gaun hahahaha. Gak bisa kubayangkan kalo aku memakai kebaya dengan rok lilitnya yang membuatku susah berjalan itu. Bukan berarti memakai kebaya itu buruk ya. Hanya saja aku memiliki style dan taste yang berbeda dari kalian. Mungkin untuk kalian akad adalah moment sakral dimana kita harus memakai baju yang sakral pula. Tapi untukku, menjadi diri sendiri adalah hal terpenting bahkan di moment yang sangat sakral itu. Lagipula, setelah kupikir-pikir, sepertinya aku akan susah berjalan jika aku memakai kebaya. Jalanan di outdoor tidak semudah dan semulus di gedung bukan? Sepertinya aku akan jatuh kalo aku memakai kebaya hahaha. Ya yang penting aku nyaman, aku merasa bebas, dan merasa bahagia. Itu penting dan semoga kalian juga merasakan moment itu di hari pernikahan kalian.

  

  

Segalanya terasa sempurna saat itu, bahkan vibes-nya masih bisa kurasakan sampai saat ini. Dekorasi yang sempurna. Gaun yang sangat pas dibadanku. Bahkan make up yang luar biasa (meskipun ada tragedi susah masang soft lens hahahaha). Aku masih ingat dimana aku harus masuk ke area pernikahan diiringi lagu dari Kina Grannis yang berjudul Can't Help Falling in Love. Iya aku memang mempunyai ekspektasi aku masuk pelaminan seperti di film Crazy Rich Asian tapi tanda adegan area pernikahannya digenangin air ya hahaha. Entah mengapa, jauh-jauh hari sebelum pernikahan, aku selalu memutar lagu itu sambil membayangkan aku masuk menuju pelaminan dan aku merasa nyaman. Aku merasa rileks bahkan merasa bahagia. Seperti seolah-olah senyum itu gak mau hilang dari wajahku dan itu benar terjadi pada saat hari pernikahanku. 

      

    

Aku ingat perkataan salah satu sahabatku kala itu. "Wah, akhirnya terwujud ngadain outdoor wedding ya." Percayalah, bahkan sebelum sahabatku berbicara seperti itu, aku udah lupa kalo punya impian ngadain wedding di outdoor hahahaha. Semua berjalan begitu saja. Aku tidak berharap apapun kala itu. Aku hanya pasrah, berserah, dan melakukan yang seharusnya dilakukan aja. Kebetulan memilih outdoor juga karena harganya lebih murah dibanding sewa gedung wkwkwkwk. Tapi sekarang aku ingat kalo dulu aku memang punya impian nikah di outdoor sih, lebih tepatnya di pantai wkwkwk. Surprise, ternyata Tuhan mendengarkan dan mengabulkannya. Meskipun bukan pantai, tapi semuanya tetap sempurna.

Pada akhirnya, 23 Februari 2022 akan menjadi hari yang tentu saja tidak akan aku lupakan. Hari dimana aku dan suami memulai perjalanan baru yang kami sendiri pun belum tau tantangan apa yang akan kami hadapi kedepannya. Tentu saja, semuanya harus dihadapi oleh kami berdua. Tidak bisa hanya salah satu dari kami, dan tentu saja tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Kami akan menghadapi hari dimana kami tidak boleh bosan untuk saling belajar, menguatkan, meyakinkan, dan menghabiskan waktu bersama-sama.
Share:
Read More