Desa Tenganan, Penggringsingan, Bali
 |
Foto: Fikri Yusuf |
Kalo pada zaman dahulu Indonesia berperang menggunakan bambu runcing, maka masyarakat Desa Tenganan menggunakan daun pandan dan perisai dari bambu sebagai senjata mereka untuk berperang.
Berperang? Berperang untuk melawan apa? Bukan untuk melawan siapa-siapa, bukan untuk memperjuangkan apa-apa, namun inilah cara mereka mengenang Dewa Indera.
Sedikit belajar sejarah, Dewa Indera dikenal sebagai dewa perang ditugaskan oleh dewa-dewa yang lainnya untuk melawan Raja Maya Dewana. Mengapa harus dilawan? Karena raja tersebut termasuk raja yang kejam, salah satu adalah melarang seluruh penduduk termasuk penduduk di Desa Tenganan untuk tidak beribadah. Makanya Dewa Indera diutus untuk melawannya dan raja yang kejam pun berhasil di kalahkan. Kira-kira begitulah sedikit cerita sejarahnya. Tak heran, jika Perang Pandan ini dilakukan untuk menghormati Dewa Indera yang telah membinasakan Raja Maya Dewana.
Selain untuk menghormati Dewa Indera, perang pandan dilakukan untuk memperkuat prajurit untuk meningkatkan kualitas benteng pertahanan dari Desa Tenganan sendiri. Mengapa memakai pandan? Karena duri daun pandan tidak menyebabkan infeksi. Duri daun pandan hanya menusuk ke kulit, tidak sampai ke daging.
Perang Pandan atau Mekare-kare ini hanya dimiliki oleh Desa Tenangan. Kalo dari Denpasar kira-kira 70 menit perjalanan menggunakan motor. Tradisi pada tahun ini diselenggarakan pada tanggal 8-9 Juni dan dimulai pada jam 2 siang. Pada tanggal 8, perang pandan dilakukan oleh penduduk asli Desa Tenganan. Namun, pada tanggal 9 adalah puncak dari tradisi ini. Pada tanggal 9, penonton pun boleh mengikuti tradisi perang pandan. Silakan dicatat :) Namun, aku saranin kalian untuk datang lebih awal supaya dapat spot menonton dengan bagus. Harap dimaklumi, ketika Perang Pandan berlangsung, maka akan begitu banyak orang yang datang. Dengan arena yang kecil, maka para penonton pun tentu saja akan berebut untuk mendapatkan tempat yang bagus.
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
Nahhh, suasana penonton perang pandan terlihat jelas seperti dua gambar di atas. Rame kan? Sempit-sempitan, panas-panasan, senggol-senggolan sudah biasa hihihihi. Padahal itu perang pandannya belum mulai. Ketika perang pandannya mulai, wiiiihhhhh semakin terdesak saja tubuh ini hahaha. Tapi biasanya semakin bergulirnya waktu akan semakin banyak penonton yang gugur. Mungkin mereka lelah hahaha. Bisa juga datang terlambat sebagai alternatif biar gak desak-desakan.
 |
Foto: Fikri Yusuf |
Tentu saja, setiap tradisi memiliki ritualnya masing-masing. Begitu pula perang pandan. Diawali dengan sembahyang bersama kemudian suara gendingan tradisional pun berbunyi. Para pemuda sudah siap di dalam arena, menunggu giliran untuk bertarung. Sebelumnya, mereka menuangkan air ke atas daun pisang sebagai simbol pesta mabuk-mabukan. Karena dahulunya seperti itulah suasana desa ketika dikuasai oleh Raja Maya Dewana. Setelah selesai, dua anak lelaki pun maju. Mereka saling berhadapan, saling bertatapan dengan memegang daun pandan di tangan kanan dan tameng di tangan kiri mereka. Dan mereka pun bertarung. Mereka bertarung sampai salah satu kalah. Begitu dua anak lelaki tadi selesai, maka perang pun dilanjutkan dengan dua lelaki yang lainnya. Begitu seterusnya sampai semua mengikuti tradisi perang pandan.
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
Tubuh luka karena perang pandan sudah biasa bagi mereka. Mereka bahkan tidak merintih kesakitan. Mereka menikmati tadisi perang pandan ini karena perang ini memang bukan sungguhan.
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
Nah, setelah semua pemuda bertarung dalam perang pandan, berarti berakhir sudah perang pandan pada hari ini. Arena pun akan dibersihkan dari sisa-sisa pandan yang berceceran akibat perang tadi. Setelah itu, mereka akan menata tikar di dalam arena dan menyiapkan makanan yang diletakkan di atas daun pisang lebar. Acara selanjutnya adalah makan bersama. Para pemuda duduk menjadi beberapa kelompok mengitari satu daun pisang yang di atasnya ada makanan tadi. Sambil makan, luka-luka di tubuh mereka diobati. Obat yang disipakan terbuat dari parutan kunyit yang ditambah minyak kelapa. Ketika obat dioleskan, wajah mereka kelihatan meringis menahan sakit, tapi setelah diobati, mereka pun bisa kembali bercanda tawa dengan yang lainnya.
 |
Foto: Fikri Yusuf |
Meskipun perang pandan telah usai, kalian jangan pulang dulu. Karena selang sekitar 15 menit, warga Desa Tenganan masih memiliki pertunjukkan menarik yang gak akan kalian dapatkan dimanapun. Sembari menunggu, kalian bisa berjalan-jalan di sepanjang Desa Tenganan. Jika kalian lapar, di sana terdapat banyak warung yang menyediakan berbagai macam makanan. Bagi kalian yang tidak makan daging babi, tenang saja, masih ada beberapa warung Jawa yang menyediakan makanan-makanan non babi, contohnya seperti soto ayam dan bakso. Harganya tentu saja sangat terjangkau.
 |
Sejumlah penduduk asli Tenganan melakukan tradisi ayunan di Desa Tenganan Pengringsingan, Karangasem, Bali, Senin (8/6). Tradisi ayunan khas Tenganan tersebut merupakan rangkaian upacara Usabha Sambah yang dilakukan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
 |
Foto: Fikri Yusuf |
Ini dia pertunjukkan yang gak boleh kalian lewatkan. Kalo tadi para pemuda Desa Tenganan yang menunjukkan ketangguhannya dalam Perang Pandan, kali ini para gadis di Desa Tenganan menunjukkan keberanian mereka menaiki ayunan. Tradisi Ayunan Tenganan ini dinaiki oleh 8 orang gadis. Di sisi kanan dan kiri masing-masing terdapat dua pemuda yang bertugas memutar ayunan yang mirip bianglala ini. Ayunan ini akan diputar minimal 3 kali ke depan, dan kemudian diputar minimal 3 kali ke belakang. Memang begitu peraturan dan tradisinya, sehingga tak bisa diubah. Tradisi ayunan ini tidak sembarang tradisi. Tradisi ini memiliki makna seperti roda kehidupan yang selalu berputar, kadang di atas kadang di bawah. Meskipun terlihat menyeramkan, namun para gadis terlihat sangat menyukainya. Bagaimana? Berminat untuk memasukkan Tenangan di daftar perjalanan kamu?
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
ReplyDeleteIndonesia sangat banyak budaya yang menarik, sayang masih kurang di explore oleh rakyatnya sendiri.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬