Travel and Lifestyle by Diana Putri Maharani

,

Mengapa S1 Fisioterapi?

"Fisioterapi? Oh, tukang pijet itu ya? Kalo cuma gitu aja ngapain sekolah jauh-jauh?"

Biasanya banyak orang yang berpikir seperti itu. Jangan-jangan kalian juga ya? Hahaha. Tenang aja, disini diana gak akan menyalahkan kok. Soalnya kalo menurut diana sendiri, fisioterapi juga mempelajari pengembalian fungsi gerak melalui manual therapy salah satu dengan memijat. Jadi, itu gak salah :3


Tapi readers, perlu kalian tau kalo fisioterapi bukan cuma sekedar tukang pijat. Kami calon fisioterapis ini adalah calon 'tukang pijat' profesional lho. Kenapa? Karena kami sekolah, kami belajar, dan kami berilmu. Jadi, apapun yang akan kami lakukan untuk kalian, tentu semuanya berlandaskan ilmu yang telah kami dapat dan kami pelajari serta dapat kami pertanggung jawabkan. Beda lah dengan tukang pijet yang lain hihihi :3


Terus? Kenapa diana tertarik buat milih fisioterapi?
Nyasar cin, serius hahaha. Pasti seperti kebanyakan temen-temen diana yang lainnya ya, pilihan pertama pasti kedokteran umum trus fisioterapi pilihan yang entah ke berapa. Samaan lah sama diana. Di UMB-PTN kemaren Fisioterapi urutan nomer 5 wkwkwkwk. Trus kenapa diana ambil fisioterapi ya karena fisioterapi masih berhubungan sama tulang. Alesan diana sih dulu gitu hahaha. Kalian kalo masih inget pasti tau lah cita-citnya diana dulu jadi tukang nyambung tulang atau dokter bedah tulang hahaha. Jadi itu ya alesan kenapa diana lebih milih fisioterapi wahai teman-teman. Sekalian aja diana jelasin di sini, banyak yang menyayangkan diana melepaskan Ilmu Gizi Undip. Karena diana gak suka kimiaaaa tolooongggg. Dan karena menurut diana fisioterapi ilmunya sama kayak kedokteran umum, makanya diana memilih ini. Apalagi di Udayana ini udah S1 lho bukan D3 lagi. Paham saudara-saudara? :)

Ternyata memang bener lho. Setelah diana menjalani beberapa bulan sekolah di fisioterapi, diana udah hampir gila sama mata kuliahnya. Diana dapet mata kuliah anatomi, biokimia, biologi kedokteran, ilmu kesehatan, patologi, patosiologi, fisiologi dll yang materinya sama persis sama kedokteran. Bukunya sama, dosennya sama, yang diajari juga sama. Lama kuliahnya juga sama. Kalo masuk S1 Fisioterapi nanti bakal kuliah 4 tahun buat dapet gelar sarjana trus habis itu dapat co-as sama juga kayak kedokteran umum waktunya 1,5 sampai 2 tahun. Jadi, S1 fisioterapi itu bisa dibilang udah sejajar sama dokter lah ya, cuma kami berjalan di jalan yang berbeda hahaha. Kalo dokter kan lebih ke mengobati, nah kalo fisioterapi ini lebih ke mengembalikan fungsi gerak. Jadi semisal kalo ada pasien yang habis operasi tulang, kan otomatis tulangnya harus dilatih biar bisa kembali normal fungsinya, nah itu tugasnya fisioterapi.

Fisioterapi itu gak melulu soal tulang sama otot lho. Fisioterapi juga mencakup saraf contohnya kayak orang kena stroke, selain minum obat dari dokter, pasien dengan penyakit stroke perlu dilatih sarafnya sama fisioterapi. Ada lagi kayak yang mengalami kelemahan penglihatan, gangguan keseimbangan, apapun yang berhubungan dengan saraf pasti ada hubungannya sama fisioterapi. Kemudian fisioterapi juga menangani kardiovaskuler, biasanya bagi pasien yang habis dioperasi jantung atau paru-parunya, disini tugas fisioterapi adalah mengoptimalkan kerja jantung dan paru-paru supaya kedua organ itu dapat berfungsi dengan baik. Ada lagi mengenai pediatri (anak-anak)  yang memfokuskan pada diagnosis, perawatan, penanganan bayi, anak dan remaja yang mengalami penyakit bawaan, perkembangan, syaraf dan otot, tulang atau pola gangguan atau penyakit. Seperti anak-anak dengan masalah keterlambatan tumbuh kembang. Fisioterapi juga menangani geriatri yang lebih memfokuskan pada orang lanjut usia. Fisioterapi geriatri membantu menangani masalah seperti arthritis, osteoporosis, kanker, penyakit alzheimer's dan beberapa penyakit yang terkait dengan bertambahnya umur manusia. Fisioterapi geriatri biasanya bakalan ngasih program-program khusus untuk membantu mengembalikan gerakan, mengurangi nyeri, meningkatkan tingkat kesehatan dan kebugaran, dan masih banyak lagi. 

Lalu bedanya sama dokter apa dong? Nah, kalo dokter kan juga mempelajari mengenai obat-obatan yang bukunya tebel kayak bantal tuh, kalo fisioterapi gak perlu. Sebagai gantinya belajar obat-obatan, fisioterapi bakalan mempelajari mengenai pengembangan, pemeliharaan, dan memaksimalkan fungsi gerak. Fisioterapi juga punya fungsi untuk memaksimalkan kualitas hidup lho. Iya lah, secara kalo kalian jadi fisioterapi kalian tentunya akan mengetahui bagaimana caranya menjaga agar tubuh tetapi sehat dan organ-organ di dalam tubuh kita bekerja dengan baik plus normal. Gimana nggak sehat coba? Kan ada tuh yang bilang kalo sehat adalah kunci dari kehidupan. Sekarang bayangin aja kalo kalian sakit pasti kalian gak bisa mikir, gak bisa ngapa-ngapain, kerjaan jadi numpuk, bolos sekolah. Iya kan? Coba kalo kalian sehat, hidup dan waktu kalian pasti bisa lebih berharga. 


Ini salah satu temen diana namanya Bella, katanya lagi sakit lehernya terus di fisioterapis udah sembuh. Maaf ya Bel, diana nyolong fotonya :3

Terus kenapa harus S1? D3 atau D4 kan banyak. Hihihi

Karena S1 asyik ada co-as nya kayak dokter wkwkwk. Nggak sih bukan itu maksudnya. Sebenarnya apapun entah S1 atau D3 atau D4 boleh-boleh aja. Cuma bedanya biasanya di jenjang D3 dan D4 gak mempelajari sedalam S1. Kalo di S1 kita bener-bener di kasih materi yang sama persis kayak kedokteran. Jadi, fisioterapi lulusan S1 boleh mendiagnosis penyakit seseorang tetapi kita tidak boleh memberikan obat-obatan karena kita tidak dapet pelajaran itu. Kok berani banget ya kita diagnosis orang? Kan bukan dokter. Memang kita bukan dokter, tapi posisi kita sejajar dengan dokter. Fisioterapi S1 bisa menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dia alami kemudian bagaimana penyakit itu bisa terjadi, dan apa yang harus dilakukan. Apakah pasien tersebut harus dibawa ke dokter dulu atau bisa sembuh hanya dengan datang ke fisioterapis. Nah, kalo D3 nih, biasanya cuma sekedar tau "oh ini penyakit gini" tapi mereka belum tentu bisa menjelaskan bagaimana itu bisa terjadi, asal muasal nya dari mana, karena ilmu mereka gak sedalam S1. Kemudian dalam praktik kerjanya, D3 gak bisa nyari pasien sendiri dan gak bisa bergerak tanpa komando dokter atau fisioterapis lulusan S1. Fisioterapis lulusan D3 kalo mau dapet pasien biasanya dapet rujukan dari dokter. Di surat rujukan dari dokter itu biasanya udah di tulis contohnya kayak "pasien ini membutuhkan perawatan menggunakan SWD (ini alat fisioterapi) dengan begini begini begitu". Jadi istilahnya kayak masih dituntun gitu lho dan gak boleh memutuskan sendiri pasien ini harus begini begini, fisioterapis lulusan D3 belum berhak untuk itu. TAPI... Kalo fisioterapis lulusan S1 sah-sah aja. Bahkan mereka bisa mencari pasien tanpa harus dapat rujukan dari dokter. Ya karena itu tadi, ilmunya udah setara sama dokter. Jadi sebenernya fisioterapis S1 itu sama aja otak dokter, cuma kita gak mengobati. BEBAS DEH DARI KIMIA HAHAHAHAHA................ Ketahuilah belajar obat-obatan itu pusing nak *bisikan setan*


Kuliah vital sign nih, yang ngajar bu dokter loh

Kenapa diana milih di udayana?

Karena nyusul pacar wkwkwkwk. Enggak ding enggak. Karena di Indonesia, Universitas Negeri yang fisioterapi nya udah S1 cuma ADA DUAAA !!! Di udayana ini sama di Hasanudin. Lainnya swasta semua, contohnya kayak Esa Unggul, UMS, UMM, ada lagi gak yang belum disebut? Dan setau diana fisioterapi S1 yang udah plus profesi (co-as nih maksudnya) adanya baru di udayana sama di esa unggul. Lha terus kalo yang univ lainnya? Ya habis lulus S1, gak bisa profesi. Alias mandek di gelar sarjana, tapi mereka gak boleh buka praktek karena belum melakukan profesi. Kalo mereka mau ambil profesi, mereka harus mendaftar lagi untuk profesi di kampus yang sudah memiliki profesi seperti udayana contohnya hihihi *promosi*. Kecuali ya kalo mereka memilih menjadi pendidik kayak dosen gitu, habis dapet gelar sarjana, boleh kok gak ambil profesi tapi langsung kuliah S2 gitu juga gapapa, gak masalah.


Nah ini video dari VSFT FK Unud yang bergerak di bidang sport. Isinya anak-anak fisioterapi semua :3

Diana sendiri mulai asyik dan tertarik sama dunia fisioterapi dan mulai membuang jauh-jauh cita-cita jadi dokter bedah tulang. Kenapa? Karena di fisioterapi pelajaran udah sama-sama pusing kayak dokter, belajarnya juga sama mayat kok, sama kan kayak dokter. Trus buat kerjanya besok, diana mikirnya kan kalo dokter 24 jam, kalo fisioterapis kan gak harus 24 jam, terserah kita mau sampe jam berapa hihihi. Terus lagi, di Indonesia ini dokter udah banyak, dokter umum berceceran di mana-mana. Bahkan sekarang dokter umum kayak udah gak laku gitu, jadi dokter-dokter itu kalo mau laku biasanya harus sekolah spesialis dulu. Dan untuk sekolah spesialis itu prosesnya panjang, lama, dan gak mudah. Nah, kalo fisioterapi, untuk yang di Indonesia sih diana pikir S1 udah cukup kali hihihi. Keliatan banget gak mau S2 ya gua hahaha -_- Dari segi pekerjaan juga banyak contohnya nih



  1. Bisa jadi pembicara: Di fisioterapi itu kita juga mencakup promotif atau promosi. Tau sendiri fisioterapi di Indonesia itu masih jarang banget, bahkan bisa dihitung pake jari. Terus juga banyak masyarakat yang belum begitu tau mengenai apa sebenernya fisioterapis makanya muncul istilah fisioterapis adalah tukang pijet. Itu dikarenakan masyarakat masih awam banget sama fisioterapi. Nah, sebagai fisioterapis, kalian bisa juga jadi pembicara. Ya, boleh kalian memperkenalkan fisioterapi kepada masyarakat, trus juga jadi pembicara di acara kayak sosialisasi kesehatan. Intinya kalo jadi pembicara, kalian memperkenalkan kepada masyarakat mengenai dunia kesehatan supaya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan jauh lebih meningkat. Mulia banget kan? :))
  2. Bisa jadi pengajar: Halo halooo, kalo kalian mau tau, Indonesia kekurangan dosen untuk pengajar fisioterapi lho. Di udayana aja dosen-dosennya kebanyakan diambil dari kedokteran umum. Makanya, peluang untuk jadi dosen di dunia fisioterapis itu sangaaattttt luaaasssss..... Walaupun kalian di fisioterapi, gak harus kok kalian jadi dosen spesial untuk fisioterapi. Kalian juga bisa jadi dosen anatomi yang otomatis bisa ngajar di kedokteran umum juga. Tapi untuk fisioterapi sendiri memang masih sedikit banget lulusan S2 atau S3 fisioterapi untuk jadi dosen. Jadi, yang hobi banget ngajar nih, disini peluangnya besar banget!
  3. Bisa buka praktek: Biasanya, rumah sakit itu membutuhkan fisioterapis. Nah, kalo ngerasa gaji dari rumah sakit belum cukup nih wkwkwk sombong banget, kalian bisa buka praktek sendiri di rumah. Jam nya bebaassss.. Kayak dokter gitu lah.
  4. Fisioterapis olahraga: Yang pengen ngecengin pemain-pemain bola, bisa nih jadi fisioterapis olahraga. Tau gak, kalo kalian nonton bola, terus ada yang cidera, kan pasti ada tenaga kesehatan tuh, itu fisioterapis lho. Dengan fisioterapis, pemain bola yang cidera itu kakinya bisa sembuh terus bisa main lagi.
  5. Bisa jadi peneliti: Jangan salaaahhhh. Peneliti bukan hanya dari kedokteran umum atau biologi murni aja ya. Dari fisioterapi juga bisa jadi peneliti.
  6. Bisa jadi wiraswasta: Ini nih, idola gua banget hihihi. Dari ilmu fisioterapis yang kalian dapet kalian bisa buka bisnis sendiri. Contoh aja spa, tapi yang pasti bukan spa sembarang spa, tapi spa kesehatan, atau bisa juga bikin health center. Kalian bisa buka juga yoga atau gym, banyak banget pokoknya!!!
  7. Bisa kerja di bagian forensik: Nih yang baru nih! Fisioterapis sekarang sudah diakui dan sudah mendapatkan izin untuk bekerja di bagian forensik! Hihihihihi. Iya, forensik yang kerjaannya ngobok-ngobok mayat. Kan lumayan buat tambah-tambah gaji buat kalian yang suka digentayangin sama mayat. Hihihi, becanda.

Nah, itu sih yang lagi sliweran di kepala diana. Harusnya ada lagi. Banyak kok pokoknya hihihi. Tinggal pintar-pintarnya kita mengolah dan memanfaatkan ilmu yang kita dapat aja. Oiya ada yang lupa, pasti ada yang tanya urusan gaji ya? Hehehehe. Kan kalo dokter umum sekarang ada BPJS huhuhu kasian. Kalo fisioterapis sendiri khususnya di Bali biasanya kaya-kaya lho. Ada yang bawa anaknya ke fisioterapis karena anaknya tumbuh kembangnya terhambat, dia sekali datang ke fisioterapis itu bayar 75 ribu, padahal supaya anaknya bisa kembali normal itu dibutuhkan datang ke fisioterapis berkali-kali. Bayangin, satu pasien aja udah berapa itu ya? Trus ada juga yang 100 ribu, tergantung dari penyakit dan penanganannya sih. Banyak kan gajinya? Buat alatnya sendiri pun gak banyak kok. Setau diana alat fisioterapi itu ada 10, gak sebanyak dan serinci kayak dokter gigi. Kalo dokter gigi sih, kursinya aja udah berapa ratus juta *katanya*. Kalo fisioterapi ranjang aja cukup lah hihihi.


Hmm... Kayaknya segitu aja deh yang bisa diana sharing nih. Kalo semisal kalian ada yang berminat bisa kok nyoba masuk fisioterapi sebagai pilihan lain dari kedokteran umum. Kalo juga ada yang ditanyakan, seperti biasa bisa kontak diana via aja boleh asal jangan via dari hati ke hati, bahaya nanti urusannya hahaha. Sekian dulu ya, daaaahhhhh.


Scan ini kalo ada yang ingin kalian tanyakan ke aku ^^

Share:
Read More